Sabtu, 22 Oktober 2011 0 komentar

Anatta

Anatta itulah sesuatu tanpa aku
Serta tanpa inti
Dalam kesunyataan akhir
Tiada makhluk jiwapun pribadi

Tiada sesuatu kesatuan benda
Yang disebut diri
Nan tinggal kekal spanjang masa
Namun berubah s'lalu nan abadi

Hanya bathin dan materi
Tiada suatu lainnya
Bukan makhluk bukan jiwa
Bukan suatu pribadi

Yang disebut manusia hanya suatu hayal
Kosong belaka tanpa inti
Bagi yang melihat kebenaran sejati
Serta sadar diri
Baginya lenyaplah Avijja
Roda samsara dapat diatasi
0 komentar

Hari Kathina


Marilah kita bersama
Menyambut hari Kathina
Hari persembahan jubah
Kepada Maha Sangha

Reff : Sang Buddha Guru kita
Dhamma-Nya Maha Mulya
Serta Maha Sempurna
Untuk s'lama-lamanya

Wahai para Upasaka
Serta Upasika semua
Bantulah anggota Sangha
Menyebarkan Buddha Dhamma

Back to Reff.

Pemuda serta Pemudi
Marilah bekerja bakti
Di hari Kathina ini
Memberikan darma bakti

Back to Reff

Anak-anak dalam Dharma
Semua murid Sang Buddha
Mari kita semuanya
Rayakan Hari Kathina

Back to Reff
3 komentar

Hardiknas 2011 Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi

Tim Paskibra SMA-SMK Cinta Kasih Tzu Chi 2011

Pengibaran Sang Merah Putih
Formasi Tim Paskibra

Petugas Pembaca UUD 1945 


Doa

Doa


Laporan Pasukan

Tim Paskibra CKTC


Photo by Mitta ^^




0 komentar

Konsili Buddha

Konsili Buddha Pertama (abad ke-5 SM)
Konsili pertama Buddha diadakan tidak lama setelah Buddha wafat di bawah perlindungan raja Ajatasattu dari Kekaisaran Magadha, dan dikepalai oleh seorang rahib bernama Mahakassapa, di Rajagaha(sekarang disebut Rajgir). Tujuan konsili ini adalah untuk menetapkan kutipan-kutipan Buddha (sutta (Buddha)) dan mengkodifikasikan hukum-hukum monastik (vinaya): Ananda, salah seorang murid utama Buddha dan saudara sepupunya, diundang untuk meresitasikan ajaran-ajaran Buddha, dan Upali, seorang murid lainnya, meresitasikan hukum-hukum vinaya. Ini kemudian menjadi dasar kanon Pali, yang telah menjadi teks rujukan dasar pada seluruh masa sejarah agama Buddha.

Konsili Kedua Buddha (383 SM)
Konsili kedua Buddha diadakan oleh raja Kalasoka di Vaisali, mengikuti konflik-konflik antara mazhab tradisionalis dan gerakan-gerakan yang lebih liberal dan menyebut diri mereka sendiri kaum Mahasanghika.
Mazhab-mazhab tradisional menganggap Buddha adalah seorang manusia biasa yang mencapai pencerahan, yang juga bisa dicapai oleh para bhiksu yang mentaati peraturan monastik dan mempraktekkan ajaran Buddha demi mengatasi samsara dan mencapai arhat. Namun kaum Mahasanghika yang ingin memisahkan diri, menganggap ini terlalu individualistis dan egois. Mereka menganggap bahwa tujuan untuk menjadi arhat tidak cukup, dan menyatakan bahwa tujuan yang sejati adalah mencapai status Buddha penuh, dalam arti membuka jalan paham Mahayana yang kelak muncul. Mereka menjadi pendukung peraturan monastik yang lebih longgar dan lebih menarik bagi sebagian besar kaum rohaniwan dan kaum awam (itulah makanya nama mereka berarti kumpulan "besar" atau "mayoritas").
Konsili ini berakhir dengan penolakan ajaran kaum Mahasanghika. Mereka meninggalkan sidang dan bertahan selama beberapa abad di Indian barat laut dan Asia Tengah menurut prasasti-prasasti Kharoshti yang ditemukan dekat Oxus dan bertarikh abad pertama.


Konsili Buddha Ketiga (+/- 250 SM)
Maharaja Asoka memprakarsai Konsili Buddha ketiga sekitar tahun 250 SM di Pataliputra (sekarang Patna). Konsili ini dipimpin oleh rahib Moggaliputta. Tujuan konsili adalah rekonsiliasi mazhab-mazhab Buddha yang berbeda-beda, memurnikan gerakan Buddha, terutama dari faksi-faksi oportunistik yang tertarik dengan perlindungan kerajaan dan organisasi pengiriman misionaris-misionaris Buddha ke dunia yang dikenal.
Kanon Pali (Tipitaka, atau Tripitaka dalam bahasa Sansekerta, dan secara harafiah berarti "Tiga Keranjang"), yang memuat teks-teks rujukan tradisional Buddha dan dianggap diturunkan langsung dari sang Buddha, diresmikan penggunaannya saat itu. Tipitaka terdiri dari doktrin (Sutra Pitaka), peraturan monastik (Vinaya Pitaka) dan ditambah dengan kumpulan filsafat (Abhidharma Pitaka).
Usaha-usaha Asoka untuk memurnikan agama Buddha juga mengakibatkan pengucilan gerakan-gerakan lain yang muncul. Terutama, setelah tahun 250 SM, kaum Sarvastidin (yang telah ditolak konsili ketiga, menurut tradisi Theravada) dan kaum Dharmaguptaka menjadi berpengaruh di India barat laut dan Asia Tengah, sampai masa Kekaisaran Kushan pada abad-abad pertama Masehi. Para pengikut Dharmaguptaka memiliki ciri khas kepercayaan mereka bahwa sang Buddha berada di atas dan terpisah dari anggota komunitas Buddha lainnya. Sedangkan kaum Sarvastivadin percaya bahwa masa lampau, masa kini dan masa depan terjadi pada saat yang sama.


 
;